sudah
lama aku menyulam khayal pada tirai hujan menata wajahmu keping demi
keping dengan perekat kenangan di tiap sisinya lalu saat semuanya
menjelma sempurna akan kubingkai lukisan itu dalam setiap lelah rindu
yang kupelihara sejak dulu “cinta selalu menjaga rahasia pada langit pun
pada hujan” katamu lirih terbatabata dan seketika linangan airmataku
menjelma aliran sungai deras menuju hulu dimana setiap impian dan
harapan kita karam disana/
sudah lama aku mengukir sosokmu pada gerimis memastikan setiap serpih mimpiku untuk membangun istana cinta dapat menjadi nyata tapi semuanya segera sirna dan berlalu bersama desir angin di beranda “percayalah! aku ada dinadimu seperti kamu ada didarahku” bisikmu pelan ketika bayangmu perlahan memudar dibalik rinai hujan/
sepasang camar seketika menghampiriku: yang satu menjabat tanganku lalu berkata “selamat menikmati luka” dan satunya lagi sibuk menulis namamu pada serpihan kain kafan!
(Bulukumba 2010)
sudah lama aku mengukir sosokmu pada gerimis memastikan setiap serpih mimpiku untuk membangun istana cinta dapat menjadi nyata tapi semuanya segera sirna dan berlalu bersama desir angin di beranda “percayalah! aku ada dinadimu seperti kamu ada didarahku” bisikmu pelan ketika bayangmu perlahan memudar dibalik rinai hujan/
sepasang camar seketika menghampiriku: yang satu menjabat tanganku lalu berkata “selamat menikmati luka” dan satunya lagi sibuk menulis namamu pada serpihan kain kafan!
(Bulukumba 2010)
0 komentar:
Posting Komentar