sudah lama aku mengukir sosokmu pada gerimis memastikan setiap serpih mimpiku untuk membangun istana cinta dapat menjadi nyata tapi semuanya segera sirna dan berlalu bersama desir angin di beranda “percayalah! aku ada dinadimu seperti kamu ada didarahku” bisikmu pelan ketika bayangmu perlahan memudar dibalik rinai hujan/
sepasang camar seketika menghampiriku: yang satu menjabat tanganku lalu berkata “selamat menikmati luka” dan satunya lagi sibuk menulis namamu pada serpihan kain kafan!
(Bulukumba 2010)
0 komentar:
Posting Komentar