Laman

Ads 468x60px

Minggu, 30 Juni 2013

Perjalanan Rasa ~ Novel

fahd djibran, kurniaesa publishingPengarang: Fahd Djibran
Penerbit: Kurniaesa Publishing
Tahun terbit: 2012
Tebal Halaman: 202

Bernuansa Kahlil Gibran. Mengenai perjalanan batiniah penulis menemukan sesuatu berdasarkan rasa yang dihadapinya. Novel ini menyuguhkan kuliah sejenak mengenai kehidupan

Kembali ke lampau, ini salah satu buku yang pernah aku tamatin sampai halaman terakhir di tempat ! mana lagi coba kalau bukan di gramed. Sebenernya juga bukan tipe ku baca secepat kilat macam gitu, lebih suka membaca santai dan menikmati kata demi kata yang terangkai. Gara-gara penasaran abis sama buku ini ... rela-relain deh mata pedes, paling juga kagak kebeli. Mau cari pinjeman susah cari link -_-. Doa ku tiap malem nih, ketemu temen yang punya segudang novel2 top. Amin

Unik ni buku tulisannya NOVEL FIKSI, tapi diperjalanannya, ini ma kumpulan cerpen menurutku, setiap kata penutup dalam setiap judul kecil, pasti nongol sebaga kata pembuka di cerpen selanjutnya. keren dah

Copas tulisan orang ni

Saya pribadi lebih cenderung menyebutnya sebagai kumpulan cerpen karena cerita antara bab tidak dilanjutkan ke bab berikutnya. Sebagai contoh, pada cerita bab pertama berjudul Mama tidak dilanjutkan di bab kedua dengan judul Sembuh. Judul Mama menceritakan bagaimana seseorang merasa pilu mengingat perlakuannya sendiri terhadap mamanya, sementara judul Sembuh menceritakan tentang dialog seseorang dengan seseorang yang dicintainya. Namun jika hubungannya ditinjau dari Perjalanan Rasa seseorang, bisa dikatakan ada hubungannya. Sebagai contoh, pada akhir bab satu tertulis seperti ini:
Semoga Mama lekas sembuh
kata sembuh kemudian menjadi judul pada bab dua.
Sehingga, bisa dikatakan Fahd Djibran berusaha mengisyaratkan bahwa masih ada rangkaian antara bab sebelumnya dan sesudahnya melalui apa yang disebut Rasa
Buku ini memuat 51 judul cerita. Isi cerita bervariasi, dimulai tentang perasaan tentang Mama dan diakhiri tentang perasaan tentang Ayah. Saya sudah mulai terharu melihat cerita tentang Mama, begitu juga cerita di akhir tentang Ayah. Namun sayang ada beberapa cerita yang menurut saya agak susah dicerna. Sebagai contoh, cerita dengan Judul Permainan. Disini Fahd Djibran memasukkan judul-judul Game: The Legend Of Zelda, Contra:Irresistible Force, Super Mario World, dan lain sebagainya. Jika pembaca sudah pernah atau tahu memainkan game-game ini, maka dapat tetap menikmati cerita pada judul ini, tetapi yang belum pernah main game atau tidak tahu game itu apa, agaknya mereka akan mengernyit. (Saya rasa Fahd Djibran seorang gamer). Dalam hal ini Fahd Djibran tidak dapat disalahkan, kan buku ini tentang perjalanan rasa dia sendiri. Jadi kalau dia seorang pemain game tersebut, tidak dapat disalahkan jika unsur game dimasukkan.
Hal menarik lainnya adalah tentang disertakannya puisi Sapardi Djoko Damono dengan judul Hujan Bulan Juni, di bukunya. Yang menarik bukan diikutsertanya puisi tersebut (di novel-novel lain memang sudah jamak memakai puisi, bahkan lagu), tetapi sebagai buku bertipe novel, bukan kritik sastra, Fahd Djibran sedikit mengupas (mengkritik?) puisi tersebut. Sebelum saya memberi komentar, saya suguhkan puisi tersebut terlebih dahulu:

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

Catatan saya:
  1. Lihat baris puisi:tak ada yang lebih tabah
    dari hujan bulan Juni,
    Fahd Djibran berkomentar: Aku tak pernah benar-benar mengerti mengapa orang-orang merasa senang jika tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni?
  2. Lihat baris puisi:dirahasiakannya rintik rindunya
    kepada pohon berbunga itu,
    Fahd Djibran berkomentar: …..Misalnya, mengapa rintik rindu harus dirahasiakan dari pohon yang berbunga?
  3. Lihat baris puisi:tak ada yang lebih bijak
    dari hujan bulan Juni,
    Fahd Djibran berkomentar: Benarkah tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni ketika ia justru menghapus jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu….
Saya tidak mempermasalahkan kupasannya. Tapi saya pribadi baru menemui novel yang mengupas hasil sastra. Yang sering saya temui, justru lagu dan puisi sering dijadikan bahan yang diagung-agungkan pada novel tersebut.
Meskipun saya sempat agak kecewa, karena ternyata buku yang menyatakan dirinya novel ini tidak seperti novel-novel yang saya baca pada umumnya, tetapi lebih mirip Chicken Soup For The Soul atau Burung Berkicau karya Anthony de Mello, atau bahkan seperti Kahlil Gibran. Tetapi saya tetap dapat menikmati perjalanan rasa seorang Fahd Djibran dan mulai membuka pintu gerbang perjalanan rasa saya sendiri.


Emang ye, kadang baca sastra orang gede tu bikin pusing sendiri. Terlalu banyak metafora atau semacam simile tingkat dewa menurutku, sulit dipahami -,-  (maklum, kagak proposional beginian)
untuk sementara masih suka bahasa-bahasa ringan semacam buku diatas tapi tetap punya nilai sastra tinggi, dari pada kumpulan tulisan di bolak balik sana kemari ngalor ngidul kaburan angin -,-
kening berkerut sok mikir tapi tetep aja ngga mudeng maksudnye ape, murni kesalahan yang baca lho, nyadar minimnya ilmu. makane bisa comentnya gitu aja, nggak berilmu. hehe

Sahabat Kecil ~ Ipang

Kalo denger lagu ini, inget temen2Seperti mengerti keadaan kami, dulu
Ah, rindu ini .... selalu saja
Sofi yang bersenandung
Papan papan kelas yang lembab karna hujan
Obrolan sore itu .... ah selalu saja, rindu :')

Butir Hujan

Baru saja berakhir
Hujan di sore ini
Menyisakan keajaiban
Kilauan indahnya pelangi

Tak pernah terlewatkan
Dan tetap mengaguminya
Kesempatan seperti ini
Tak akan bisa di beli

Bersamamu ku habiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya

Melawan keterbatasan
Walau sedikit kemungkinan
Tak akan menyerah untuk hadapi
Hingga sedih tak mau datang lagi

Janganlah berganti
Janganlah berganti
Janganlah berganti
Tetaplah seperti ini

Janganlah berganti
Janganlah berganti
Tetaplah seperti ini

Rabu, 05 Juni 2013

Pengingat Jadwal sederhana dan Buku Harian

Pengingat Jadwal sederhana dan Buku Harian
Memiliki pengingat digital dengan rentang waktu yang akurat merupakan salah satu kemudahan yang diinginkan banyak orang terlebih bagi orang-orang yang tepat waktu dan disiplin. Selain itu, mencatat apa yang dilakukan sehari-hari juga banyak dilakukan oleh orang-orang agar tidak terlupa apa yang sudah dikerjakan. Pada tulisan ini akan mereview mengenai aplikasi pengingat dan buku harian online yang mudah dipakai dan sangat bermanfaat.

Tomorrow

Kesan pertama menggunakan Tomorrow adalah web nya bagus dan serasa seperti menulis di agenda. Tomorrow mudah sekali digunakan dan sederhana. Tomorrow hanya menyediakan pengingat untuk hari ini dan besok, cocok digunakan untuk pengingat jadwal yang penting dan rinci (daily schedule).

Membuat akun Tomorrow

Silahkan ke web Tomorrow kemudian pilih I’m new user. Lakukan registrasi dan sign in.
Tampilan awal Tomorrow
Tampilan awal Tomorrow
I am a New User
I am a New User
lakukan registrasi dengan memilih I am a new user
Register
Register
Setelah mengisi form, silahkan klik register dan Anda akan masuk pada akun Tomorrow milik Anda.
Tampilan Akun Tomorrow
Tampilan Akun Tomorrow
Tulis apa yang ingin dijadwalkan di add a new task. Mudah sekali dan serasa menulis di agenda pribadi
 

Follow Me

Followers

^_^

"Promise me you'll always remember: You're braver than you believe, and stronger than you seem, and smarter than you think."

AKU

Selalu berjanji ...

AKU

lebih berani dari yang aku yakini,

AKU

lebih kuat dari yang aku lihat

dan AKU

lebih cerdas dari yang aku pikirkan