Nah,siklus sungai Kapuas ini jauh lebih abadi dibanding cinta gombal
manusia. Beribu tahun tetap ada disini,meski airnya semakin keruh.
Sedangkan cinta gombal kita? Jangan bilang kematian ,bahkan jarak dan
waktu sudah bisa memutusnya . ”-PakTua- -168-
"bayangkan, setiap hari ada berapa orang yang jatuh cinta dan
patah hati? Menurut orang tua ini, setidaknya setiap detik ada tiga
orang yang jatuh cinta, tiga orang pula yang patah hati. Dengan
demikian, satu jam berarti ada sepuluh ribu, satu hari berarti dua ratus
ribu pasangan yang jatuh cinta dan patah hati. Bukan main, Borno.
Karena kau bisa jatuh hati serta patah hati berkali-kali, tidak macam
mati atau lahir yang cuma sekali seumur hidup, jangan-jangan angkanya
lebih banyak lagi. Jangan-jangan setiap hari ada seperempat juta manusia
yang jatuh cinta sekaligus patah hati. Kaubayangkan, banyak sekali.
Ramai sudah langit-langit bumi dengan kalimat ‘aku cinta kau’ atau ‘aku
sayang kau’ atau sebaliknya ‘cukup sampai di sini, kita berpisah’.
Seperti empat juta manusia setiap hari, Borno. Bayangkan.” -Pak Tua-
“Kau bolak-balik saja sedikit hati kau. Sedikit saja, dari rasa dipaksa
menjadi sukarela, dari rasa terhina menjadi dibutuhkan, dari rasa
disuruh-suruh menjadi penerimaan. Seketika, wajah kau tak kusut lagi.
Dijamin berhasil.” -Pak Tua-
“Kalian tahu, cinta itu beda-beda tipis dengan musik yang indah. Ya,
cinta itu macam musik yang indah. Bedanya, cinta sejati akan membuatmu
tetap menari meskipun musiknya telah lama berhenti.” “Walaupun musik
usai, hatimu ‘kan slalu menari” -Pak Tua-
“Kau tahu, Andi, dari begitu banyak kalimat bijak tentang cinta yang
kaucatat berbulan-bulan ini, untuk orang seperti kau, cukup camkan saja
kalimat yang satu ini, sisanya lupakan. Camkan cinta adalah perbuatan.
Nah, dengan demikian, ingat baik-baik, kau selalu bisa memberi tanpa
sedikit pun rasa cinta, Andi. Tetapi kau tidak akan pernah bisa
mencintai tanpa selalu memberi.” -Pak Tua-
“Kau tahu, Borno, untuk orang setua kami, boleh jadi pertemuan tadi
adalah pertemuan terakhir . Besok lusa, yang terdengar kabar adalah
kepergian untuk selamanya.” -Pak Tua-
“Cinta sejati selalu menemukan jalan, Borno. Ada saja kebetulan, nasib,
takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku
sedang dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan
cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Tidak
usahlah kau gulana, wajah kusut. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan
memberikan jalan baiknya. Kebetulan yang menakjubkan.” -Pak Tua-
“Nah, akhirnya kau bertanya, Borno. Banyak orang yang kadang lupa
bertanya muasal uang kalau dia terlanjur menikmatinya. Anak lupa
bertanya kepada bapak, istri lupa bertanya kepada suami. Tenang, Borno,
semua halal. Kau jangan meremehkan orang tua ini. Mentang-mentang
rumahnya kayu, bajunya lusuh, berarti dia miskin papa. Enak saja. Anggap
saja orang tua ini pandai menabung saat masih muda. Jadi masa tuanya
tidak perlu bergantung pada siapapun, apalagi sampai terlantar dan
terhina.” -Pak Tua-
“Kau lupa, Borno. Kalau hati kau sedang banyak pikiran, gelisah, kau
selalu punya teman dekat. Mereka bisa jadi penghiburan, bukan malah
sebaliknya kau abaikan. Nah, itulah tips terhebatnya. Habiskan masa-masa
sulit kau dengan teman terbaik, maka semua akan terasa lebih ringan.”
-Pak Tua-
“Camkan ini, anakku. Ketika situasi memburuk, ketika semua terasa berat
dan membebani, jangan pernah merusak diri sendiri. Orang tua ini tahu
persis. Boleh jadi ketika seseorang yang kita sayangi pergi, maka
separuh hati kita seolah tercabik ikut pergi. Kautanyakan pada ibu kau,
itulah yang dia rasakan saat bapak kau dibelah dadanya, diambil
jantungnya dan pergi selamanya. Tapi kau masih memiliki separuh hati
yang tersisa, bukan? Maka jangan ikut merusaknya pula. Itulah yang kau
punya sekarang.” -Pak Tua-
“Sudahlah, mari kita habiskan teh saja, Borno. Urusan perasaan bisa
menunggu kapan-kapan, tapi urusan teh, tidak bisa. Sebentar lagi dingin,
terlanjur tidak nikmat. Kau tahu, terkadang orang-orang bernasib sama
seperti kau ini bahkan tidak mengerti kalimatku tadi.” -Pak Tua-
“Separuh hatiku kuyu mengakui, bagaimana aku mengusirnya jauh-jauh?
Perasaan itu mekar begitu saja di hati, tidak kusemai bibitnya.”
-Borno-
“Amboi, kalian tahu? Rasa sedih melihat teman baik menangis ternyata
bisa berubah menjadi semangat menggebu tiada tara. Rasa pilu melihat
teman baik teraniaya, bahkan konon bisa mengubah seorang pengecut
menjadi panglima perang.” -Borno-
“Jangan sekali-kali kaubiarkan prasangka jelak, negatif, buruk, apalah
namanya itu muncul di hati kau. Dalam urusan ini, selalulah berprasangka
positif. Selalulah berharap yang terbaik. Karena dengan berprasangka
baik saja, hati kau masih ketar-ketir memendam duga, menyusun harap,
apalagi dengan prasangka negatif, tambah kusut lagi perasaan kau. Aku
tahu kau kecewa, Borno, tetapi jangan biarkan terlalu. Aku tahu kau
sedih, tapi jangan biarkan menganga dalam. Esok lusa boleh jadi ada
penjelasan yang lebih baik. Bersabarlah, kau paham?”
~ o ~
sumber gambar : renijudhanto.blogspot.com